Apa korelasinya sehari makan sekali dengan integritas seseorang sebagai ulama..? toh nabi tidak punya amaliah semacam itu, dan tidak pula mengajarkannya.
Jika sehari makan 1 kali itu dianggap hebat dan mampu merepresentasikan keilmuan seseorang, saya sering bertemu orang-orang kebatinan yang jauh lebih ekstrim dari itu, bahkan ada yang sehari hanya mengkonsumsi sebiji kunyit seukuran jari.
Tapi jauh panggang untuk disebut sebagai ulama, bahkan meriwayatkan satu hadits dhaif saja tidak mampu, dan itu bisa dimaklumi, karena memang mereka tidak pernah belajar agama secara intens sebagaimana santri pada umumnya.
Minimnya pendidikan di negri ini menyebabkan masyarakat kita lebih percaya ilmu kebatinan daripada menggunakan nalar. padahal jelas dasar dari agama adalah Alquran dan sunnah yang mana keduanya syarat dengan mantiq (logika), dan sangat hati-hati dalam membicarakan hal ghaib.
Tidaklah heran jika kemudian orang-orang seperti Samsuddin itu punya banyak pengikut, katanya sakti, piter sulap, dan dianggap karomah oleh pengikutnya.
Begitu juga si Ucup yang ngaku-ngaku bertemu nabi dihadapan ribuan jama'ahnya. kok bisa-bisanya semua orang pada percaya begitu saja, dan merelakan harta benda mereka dijarah atas nama sedekah.
Post a Comment for "Islam bukanlah ilmu kebatinan apalagi perdukunan"